Ini tentang kakak perempuan gua. Dewa gua.
Gua ga begitu suka dengan konsep ketuhanan. Maka dari itu gua ga begitu tertarik dengan agama. Tapi gua sangat setuju dengan kasih.
Kita bahas tentang "kasih".
Menurut gua, "kasih" adalah pengorbanan.
Menurut gua cinta itu nafsu, tapi kasih itu pemberian si Jes. *Tuhan lo itu sahabat gua, jadi gua males bilang Tuhan.
Oke, kita balik lagi. Mengasihi itu berarti kita memberikan sesuatu yang melebihi dari apa yang kita punya. Ga bisa? Ga mungkin? Mungkin kok, ini bisa kita lakukan. Menurut gua lagi, *kesotoyan dari anak yang salah ambil jurusan* saat kita bilang "GUA MENGASIHI LO", itu berarti lo rela mengeluarkan segala potensi diri lo untuk memberikan sesuatu yang lo sendiri ga menyangka kalo lo bisa mencapainya.
Kakak gua, Mba Nia, mengasihi gua.
Kasih itu ga luas, kasih itu sempit sekali. Kasih itu cuma soal Tuhan lo mampus sebagai manusia cuma buat orang-orang ga tau diri kaya gua. Kasih itu cuma soal Mama berusaha tegas untuk mendidik lo, padahal ga tega. Kasih itu cuma soal seorang perempuan menjaga ibunya saat keadaan keluarganya sedang kritis. Kasih itu cuma soal menjadi satu-satunya anak yang mau pijetin bakape yang ketiduran di depan tipi dari jam 8 sampe jam 10 tanpa berenti. Kasih itu cuma soal Mba Nia mengurus gua.
Simple kan. Semua orang bisa kok.
Gua ga takut Tuhan. Mungkin bisa dibilang, gua lebih banyak tantang Tuhan daripada Tuhan beri gua cobaan. Mungkin karna Tuhan tau gua ga takut Dia, jadi Dia membuat gua sangat menghormati Mba Nia. Mba Nia kaya mini Tuhan buat gua. Berlebihan? Bodo amat, tulisan gua ini. Ribet aja lo.
Kasih itu kata kerja yang di beberapa lirik lagu mengalami "kekatroan" arti. Maksudnya, seperti mengecilkan artinya. Seperti judul lagu "kasih tak sampai", karna menurut gua, kasih itu ga butuh tanda sama dengan (=). Contohnya, gua mengasihi lo = lo mengasihi gua, ga kayak gitu. Kasih itu adalah, GUA MENGASIHI LO, PEDULI SETAN LO GIMANA. Artinya, seperti Yesus mati menebus lo, sekarang terserah lo mau ikut Dia atau ga. Gitu loh.
Mba Nia, kakak gua nomor 4. Gua ke-6. Beda 7 tahun. Dia mama ke-2 buat gua. Dia ga perlu banyak urat di leher saat harus memberitahu gua, gua akan sangat nurut. Dia pegang rantai tak terlihat di leher gua. Dia suka tertawa, padahal lelucon gua ga lucu. Dia mengenalkan sekolah minggu, dia menjadi inspirasi untuk gua dan akhirnya gua menjadi guru sekolah minggu. Dia teladan bagi gua. Mba Nia bukannya tanpa cacat, gua yakin itu, tapi gua ga menemukannya. Dia dikasihi Tuhannya, dan dia mengasihi gua.
Gua ga akan bisa menyamai pencapaian Mba Nia. Satu-satunya kakak yang ga pernah bisa gua lewati. Dia gudang kasih. Dan sekali lagi gua ngomong lewat mata lo, DIA MENGASIHI GUA.
Gua rela menjadikan diri gua "minuman berenergi" untuk Mba Nia seumur hidup gua. Gua berharap gua bisa terus menguatkan dan menjaga Mba Nia. Karna ga akan pernah ada, seberapapun kualitas dan kuantitas sebuah terima kasih atas sepasang kaki dan tangan, tubuh, pikiran, dan keinginan Mba Nia untuk membahagiakan gua.
Mba Nia kuat, maka dari itu, gua menjadi kuat.
Dari gua, seorang anak kecil pengisi botol, untuk seorang perempuan paling kuat di keluarga gua.
Love you, Mba.
Oke, kelar. Cabs dulu cuin!! ASELOLE! JOS!
-Daniel Christianto-