Saturday, October 17, 2009

Mas Sugeng

Tadi saya baru nonton Kick Andy lagi. Udah cukup lama ga nonton acara itu. Tadi adalah episode dimana Bung Andy mendatangi beberapa orang yang diberi bantuan kaki palsu. Si pembuat kaki palsu juga ikut diajak, namanya adalah Mas Sugeng. Kali ini, saya ingin bercerita tentang Mas Sugeng., pria asal Mojokerto. Awalnya, Mas Sugeng membuat kaki palsu hanya untuk dirinya sendiri, tapi kemudian berkembang, dan dia menjualnya dengan harga murah. Tujuannya hanya satu, ingin membantu orang-orang yang lumpuh seperti dirinya. Akhirnya, entah bagaimana caranya, Kick Andy Foundation meminta Mas Sugeng untuk membuat kaki palsu untuk orang-orang yang hendak disumbangkan.


Menyaksikan pertemuan Mas Sugeng dengan para penerima sumbangan, terlihat banget gimana senengnya Mas Sugeng. Pandangan matanya sangat berbinar-binar karena menyadari bahwa karyanya bisa mengubah hidup banyak orang. Anak muda yang telah mengurung diri selama 2 tahun karena malu akan kelumpuhannya, akhirnya bisa beprestasi dalam bermusik. Seorang ibu yang lumpuh sejak usia 12 tahun, akhirnya bisa melakukan bebagai aktivitas. Bahkan ada seseorang yang akan mengikuti kejuaraan lari penyandang cacat berkat kaki palsu yang dibuat Mas Sugeng. Kaki palsu buatan Mas Sugeng bahkan disarankan oleh badan ristek untuk di-hak paten-kan.


Pernah kebayang ga temen-temen, gimana rasanya bisa memberikan kebahagiaan yang begitu berarti bagi orang lain? Mas Sugeng telah melakukan tugasnya dengan hati tulus, dan akhirnya bisa menjadi berkat bagi banyak banget orang.


Seorang teman kerja saya baru aja resign. Dia akan pindah ke Singapura dan bekerja di sana. Saya kenal dia juga baru sekitar 4 bulan, dipotong libur 3 minggu, jadi efektifnya sekitar 3 bulan. Waktu yang singkat, tapi cukup berkesan bagi saya. Dia salah satu orang yang saya kagum. She’s really a fun fearless female. Ramah, menyenangkan, ambisius, struggle, dan yang paling penting, cinta Tuhan. Dia salah satu orang yang membuat saya semakin menyadari bahwa saya bukan siapa-siapa, dan bukan apa-apa. Semakin sukses, dia semakin menyadari bahwa dia ga bisa apa-apa. Ketika bercerita tentang proses rekrutmen-nya di Sing, berkali-kali dia bilang bahwa setiap proses yang dia lalui, setiap kegagalan yang berhasil dia atasi, semuanya cuma berkat Tuhan yang harus dia pertanggungjawabkan. Well, secara teori mungkin banyak yang udah tau bahwa apapun yang ada di hadapan kita saat ini cuma anugerah Tuhan. Tapi saya jarang menemui orang yang sungguh-sungguh menerapkan hal ini dalam hidup. Berapa banyak dari kita yang ingin melayani di gereja tanpa keinginan untuk lebih dikenal oleh orang lain? Berapa banyak yang ketika bisa menghasilkan karya bagus, kemudian tidak memuji dirinya sendiri di dalam hati? Berapa banyak yang ketika mendapat pujian dari orang lain, kemudian tidak menceritakan pujian ini pada orang lainnya? Saya sendiri belum sehebat itu. Saya belajar banyak tentang kerendahan hati dari teman saya ini.


Saya tidak mengenal Mas Sugeng sama sekali. Teman saya ini juga baru saya kenal dalam waktu singkat. Tapi, mereka berdua memberi inspirasi bagi saya. Saya juga ingin seperti mereka, bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Bisa membuat orang lain melihat kebaikan Kristus melalui hidup saya. Bisa membawa perubahan positif bagi orang lain. Bisa menghasilkan karya terbaik tanpa mencuri kemuliaan-Nya. Kalian ingin seperti itu juga?



Tuesday, March 17, 2009

sepatu saya rusak (lagi)

Sekitar 1 atau 2 minggu yang lalu, sepatu saya rusak. Sol di hak sepatunya lepas, yang kemudian menyebabkan sepatu saya berbunyi tok..tok... kalau dipakai berjalan. Maka, saya memutuskan untuk memperbaikinya. Saya bawa sepatu saya ke tukang sol sepatu di Senen, dan ternyata saya hanya perlu membayar 8.000 rupiah untuk biaya perbaikannya. Dulu saya pernah memperbaiki sepatu lainnya yang mengalami masalah yang sama, tapi saya membawanya ke Stop n Go, dan saya harus membayar 40.000 rupiah. Saya senang karena biaya perbaikannya jauh lebih murah. Hasilnya juga terlihat sama bagusnya. Tapi ternyata...hari ini sepatu saya yang saya perbaiki di Senen kembali rusak. Sol sepatunya kembali lepas. Padahal saya baru menggunakannya sekitar 3 kali. Sedangkan sepatu saya yang saya perbaiki di Stop n Go masih belum rusak, padahal saya sudah sering menggunakannya. Well, ga salah kalau orang bilang ”uang ga bisa dibohongi”.

Kejadian hari ini mengingatkan saya akan film ”Confession of a Shopaholic”. Rebbeca, tokoh utama dalam film tersebut, pernah menuliskan bahwa kita seringkali tertipu oleh barang diskon. Contoh, sweater yang didiskon 50% ternyata terbuat dari hanya 10% wol asli, dan 90% sisanya adalah bahan imitasi. Manusia memang sering tergoda oleh sesuatu yang lebih murah atau lebih mudah didapat. Mencontek supaya lebih mudah mendapat nilai bagus. Menggunakan narkoba sebagai jalan pintas untuk membebaskan pikiran dari berbagai masalah. Memberikan uang kepada polisi ketika ditilang. Masih banyak hal lainnya. Kita seingkali ga bersedia membayar harga mahal untuk sesuatu yang sifatnya lebih abadi. Mencontek mungkin memudahkan kita mendapat nilai bagus. Tapi dengan mencontek, kita akan terbentuk menjadi manusia pemalas yang tidak bersedia belajar lebih keras untuk mendapatkan sesuatu. Menggunakan narkoba mungkin bisa membuat kita merasa lepas dari masalah, tapi sifatnya hanya sementara kan? Setelah efek dari narkoba hilang, masalah tetap ada dan tetap harus kita hadapi, malah kemudian narkoba bisa merusak tubuh kita. Memberikan uang pada polisi juga melepaskan kita dari birokrasi yang bertele-tele di ruang sidang. Tapi hal itu lama kelamaan akan membentuk mental polisi menjadi ”money oriented”. Kalau semua polisi menjadi ”money oriented”, kita juga yang akan dirugikan.

Well, saya ga bermaksud mengajak kalian untuk memilih cara yang sulit atau membeli barang yang mahal. Saya cuma mau mengatakan bahwa terkadang, kita memang harus membayar mahal untuk bisa mendapat yang terbaik. Kita diciptakan Tuhan bukan dengan tujuan untuk mendapatkan hidup yang mudah. Ada kalanya kita harus mengorbankan banyak hal untuk memperoleh yang terbaik. Yang terbaik memang bukan selalu yang termahal atau yang tersulit, tapi seharusnya, yang terbaik selalu bisa membuat kita menjadi lebih baik.

Tuesday, February 10, 2009

saya yang sok tau dan sopir bajaj

Hari ini saya terlambat bangun, dan akhirnya harus naik bajaj ke kantor. Biasanya saya naik bis, trus naik mikrolet. Saya berharap, dengan naik bajaj, saya bisa tiba lebih cepat ke kantor. Tapi ternyata, sopir bajaj-nya melewati rute yang saya ga suka. Dia lewat jalan-jalan kecil yang banyak dilewati mikrolet. Jalanannya biasanya lebih macet karena lebih kecil, juga karena mikroletnya suka berhenti di sembarang tempat. Karena si abang bajaj udah terlanjur masuk jalan kecil, saya ga bisa apa-apa lagi. Cuma bisa berdoa supaya jalanannya ga macet-macet banget. Si abang terus mengendarai bajaj-nya. Dengan cemas saya memandang jalan. Ternyata....jalannya ga acet sama sekali. Entah kenapa, lagi ga banyak mikrolet di sana, ga ada mikrolet yang berhenti di sembarang tempat juga. Akhirnya saya bisa tiba di kantor tanpa terlambat.

Kejadian tadi pagi membuat saya merasa sok tau, hehe. Tapi sekaligus juga mengingatkan saya akan perjalanan hidup saya bersama Tuhan. Seringkali Tuhan memaksa saya untuk melewati jalan yang saya ga suka, yang saya pikir akan menyusahkan saya. Jalan yang akhirnya tetap harus saya lewati walau dengan mengeluh, cemas, dan perasaan negatif lainnya. Saya merasa bahwa Tuhan ga bisa mengerti apa yang saya rasakan. Padahal saya salah, Tuhan terlalu hebat untuk dapat saya pahami. Rencana Dia tidak dapat saya selami. Saya hanya bisa mengeluh tanpa mengetahui bagaimana akhir dari perjalanan hidup saya. Padahal, seperti sopir bajaj tadi, Tuhan pasti udah lebih tau apa yang terbaik buat saya. Jadi saya hanya perlu mengikuti aturan mainnya Tuhan sampe nyampe garis finish nanti.