Thursday, November 27, 2008

jelmaan Dewi Durga

Kemarin saya membaca artikel mengenai seorang bayi yang lahir dengan 2 wajah. Bukan kembar siam. Seluruh organ dalamnya hanya ada 1. Tapi bayi ini mempunyai 4 mata, 2 hidung, dan 2 mulut. Telinganya juga hanya ada 2. Wajahnya saling menempel bersebelahan. Kalau mau tau persisnya, kalian bisa lihat di jawaban.com, di kolom kesehatan. Bayi ini terlahir dari keluarga petani miskin di suatu desa di India. Menurut dokter, seluruh organ tubuh si bayi berfungsi normal, ga ada masalah apa-apa. Tapi saya tetap prihatin ketika melihat foto bayi ini. Dia sih ga tampak kesakitan. Tapi membayangkan kalau saya harus hidup dengan 4 mata, 2 hidung, dan 2 mulut, bagaimana lingkungan akan memandang saya? Bagaimana bisa saya tampak menarik di hadapan pria-pria?

Tapi ternyata, oleh warga desa, si bayi sangat dipuja-puja. Dengan bentuk fisik yang seperti itu, dia dianggap sebagai jelamaan Dewi Durga. Orangtua si bayi juga tidak menganggap keadaan anaknya sebagai masalah. Setiap hari rumah si bayi dipenuhi warga yang datang untuk menyentuh kakinya sebagai bentuk penghormatan. Mereka juga memberi sumbangan untuk keluarga si bayi.

Seringkali, apa yang kita anggap sebagai hal buruk, justru merupakan hal baik bagi orang lain. Membaca berita ini, saya mencoba menyelami, bagaimana perasaan orangtua si bayi. Bagaimana bisa orangtua tenang-tenang saja melihat keadaan anaknya berbeda dari anak-anak lainnya? Tapi kemudian saya berpikir, yang menganggap anaknya itu berbeda kan lingkungan. Orangtuanya memilih untuk tidak menganggap anaknya berbeda, malah menganggap anaknya sebagai anugerah. Jadi, semuanya balik lagi kepada cara kita memandang suatu keadaaan. Keadaan seburuk apapun, kalau kita lihat secara positif, bisa memberikan dampak positif dalam hidup kita. Lagipula, ga ada kejadian yang terjadi secara kebetulan kan? Bayi tadi hanya 1 dari banyak anak yang terlahir dengan fisik yang tidak umum. Seringkali saya melihat mereka bisa berkarya secara luar biasa dalam hidup mereka. Tuhan menciptakan kita bukan tanpa tujuan. Jadi, kalau kita mau mengarahkan fokus hidup kita ke Tuhan, kita akan tahu bahwa Tuhan menciptakan kita secara sempurna, dengan tujuan mulia. Kalau sudah menyadari hal itu, kita akan sadar, betapa berharga kita di mata Dia. Kemudian, kita akan menjadi penuh sukacita dan memandang hidup dengan lebih positif. Kita ga akan punya waktu untuk mengasihani diri sendiri karena waktu kita habis untuk bersyukur. Dengan pandangan positif terhadap hidup, hidup juga akan menjadi lebih produktif. Akhirnya, kita akan bisa mengaktualisasikan diri kita secara optimal dan menjadi berkat bagi orang lain. Asyik kan? Hehehe.